My Love G : Buku Satu adalah novel pertama yang gue tulis. Mulai dari draft pertama yang susah payah dibuat sampe halaman 100 kertas A4 sampai akhirnya versi final mencapai 170 halaman. Penulisannya makan waktu hampir 2 tahun (2012-2014). Pekerjaan utama gue adalah illustrator, dan emang rada susah bagi waktunya antara gambar sama nulis (karena 22nya pake tangan), tapi alasan utamanya sih karena gue masih belajar menulis, jadi novel yang satu ini melewati banyak sekali revisi, termasuk ditolak penerbit sampe 3 kali *ngakak*
Tapi ada sesuatu yang menarik. Di sela2 waktu menunggu kabar dari penerbit itu sering banget pikiran macam : “Gimana kalau plotnya disuruh untuk diubah?” itu menghantui. Somehow, gue entah kenapa pede banget naskahnya bakal dipertimbangkan untuk terbit (sesuatu yang sebenernya nggilani tapi gue banggakan sebagai cewek yang zodiaknya Leo, diam2 dalam hati selalu mengakui kalau karya gue paling keren sedunia). Dan entah kenapa, ternyata kalau plotnya diubah, karakter diubah, apapun dari novel itu diubah (kecuali diksi dan kata2) itu jadi beban buat gue.
Tadinya gue pikir, mungkin emang gue orangnya kayak gitu kali ya. Ego gue sebesar gunung dan gue tahu itu dari dulu. Tapi saat gue mulai menulis plot dari novel lain yang dalam pengerjaan awalnya memang sudah ada batasan dan permintaan tertentu dari pihak luar (contoh : lomba dll), ternyata gue gak segitu rewelnya. Gue mau aja mikirin apa yang disukai banyak orang dan apa genre yang akan diterima penerbit.
Jadi gue simpulkan bahwa Seri My Love G emang spesial buat gue. Idenya datang murni tanpa pengaruh siapa2. Karakternya banyak yang terinspirasi dari orang2 yang penting buat gue, momen2nya pun begitu, makanya mungkin gak gampang untuk menghapus dan membuat kembali. Bukan gak bisa. Gue gak rela. Tapi tetep aja sih, mimpi bahwa karya ini dibukukan dan one day bisa difilm-in tetep ada, jadi selama 2 tahun itu gue tetep coba2 sambil doa semoga My Love G bisa diterima apa adanya, tapi ternyata gagal maning gagal maning *ketawa miris sambil garuk2*
Penerbitnya ada yang takut sama genrenya. Ada juga yang males begitu denger kata bukunya berseri. Ada aja deh komplennya. Emang ga jodoh aja gue rasa.
Jadi setelah penolakan oleh penerbit yang ketiga kalinya, gue pikir, bayiku si My Love G ini udah saatnya berhenti berusaha mencari tempat dan nama di masyarakat. Saatnya kembali ke tujuan awal gue menulis : untuk dibaca. Sempet terlintas buat self-published tapi lagi2 gue pikir, dengan situasi gue sekarang yang cuma penulis amatir bakal susah, lagian lebih ribet minta orang buat beli daripada buat baca kan?
I love everything about this novel. Plotnya, alurnya, judulnya, lokasi-lokasinya, jalan sidoarjo Menteng, Kafe Resolute yang merupakan kafe bayangan dari lokasi sebenarnya, kosan Naren, rumah Yindi, kantor Yindi, semuanya. Saking sukanya kadang sering ada momen dimana gue bisa aja gitu randomly kangen sama Yindi, Naren, Jujun, Galih dan Mita – seakan2 mereka memang nyata. Terus mengunjungi lokasi2 yang gue tuliskan, hanya untuk ngebayangin karakter tertentu lagi ngapain di tempat itu. Gue suka kisah persahabatannya. Gue suka manis-pahitnya. Gue suka semuanya. Gue menikmati semua perjalanan yang gue lewati untuk bisa nulis cerita ini, dari mulai stress karena judulnya kerasa norak (tapi gak nemu nama lain lagi) sampe pusing gimana masukin momen yang gue suka :)).
Yes, you can say that this novel is a misfit, just like me. Novel ini gak sempurna. Tapi gue harap, lo bisa menemukan sesuatu yang ingin lo baca, dan lo bisa mencintai karya ini juga :).
Ya kalau gak suka gak apa2 sih, paling entar gue pura2 gak baca komen aja lah *denial*. Bercanda. Kritik dan saran yang membangun akan ditunggu. Happy reading!
Mandhut.